BENTUK INTERAKSI SOSIAL

BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Ada berbagai bentuk dari interaksi social Gillin membagi proses social menjadi dua bentuk yaitu proses asosiastif/ bersekutu (processes of association) dan disosiatif/ memisahkan (processes of dissociation). Sementara menurut Mark L. Knap bentuk interaksi dibagi menjadi 2 yaitu (1) menjauhkan dan (2) mendekatkan yang oleh gilin dikenal sebagai proses asosiatif dan disosiatif. Dua macam pembedaan ini sebenarnya tidaklah berbeda. Interaksi asosiatif merupakan bentuk interaksi social yang menguatkan ikatan social, jadi bersifat mendekatkan atau positif interaksi disodiatif merupakan bentuk interaksi yang merusak ikatan social dan bersifat menjauhkan atau negative.
  1. proses – proses Asosiatif
interaksi asosiatif bersifat menguatkan ikatan social, cenderung kontinu atau berkelanjutan. Adapun alas an proses asosiatif cenderung berkelanjutan disebabkan : didasarkan kepada kebutuhan yang nyata, memperhitungkan efektifitas, memperhatikan efisiensi, mendasarkan pada kaidah-kaidah atau nilai dan norma social yang berlaku. Dan tidak memaksa secara fisik dan mental Proses social asosiatif diantaranya adalah :
a.       Kerjasama (Kooperasi )
Kerjasama adalah usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbul ketika orang-orang menyadari adanya kepentingan yang sama pada saat bersamaan. Dan mempunyai pengertian bahwa kepantingan yang sama tersebut dapat lebih mudah dicapai apabila dilakukan bersama-sama. Motivasi bekerjasama atau kesadaran orang/kelompok untuk bekerjasama dapat berupa :
1)      menghadapi tantangan bersama
2)      menghadapi pekerjaan yang memerlukan tenaga missal,
3)      melaksanakan upacara keagamaan
4)      menghadapi musuh bersama
5)      memperoleh keuntungan ekonomi, dan
6)      untuk menghindari persaingan bebas, menggalang terjadinya integerasi social (keutuhan masyarakat)
adapun bentuk-bentuk kerjasama diantara individu atau kelompok dalam masyarakat dapat berupa :
1)      bargaining (pertukaran “barang” atau “jasa” diantara dua individu/kelompok)
2)      kooptasi (penerimaan unsure baru dalam kepemimpinan dan pengambilan keputusan untuk menghindari kegoncangan stabilitas kelompok) dan
3)      koalisi (penggabungan dua kelompok atau lebih yang mempunyai tujuan sama)
b.      Akomodasi 
Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Akomodasi dapat diartikan sebagai proses yang merupakan upaya-upaya menghindarkan, meredakan atau mengakhiri konflik atai pertikaian. Adapun pengertian akomodasio sebagai keadaan adalah ketika hubungan-hubungan diantara unsure-unsursosial dalam keselarasan dan kesinambungan, sehingga warga masyarakat dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan harpan-harapan atau tujuan masyarakat. Gillin dan gillin menyatakan bahwa akomodasi merupakan istilah yang dipakai ol;eh para sosiolog untuk menggambarkan keadaan yang sama dengan pengertian adaptasi yang digunakan oleh para ahli biologi untuk menggambarkan proses penyesuaian mahluk hidup dengan lingkungan alam dimana ia hidup. Akomodasi yang akan dibahas dalam sosiologi adalah akomodasi sebagai upaya untuk menyelesaikan konflik atau pertentangan.
1)      Untuk mengurangi pertentangan antara orang-orang atau kelompok-kelompok akibat perbedaan paham. Dalam hal ini akomodasi diarahkan untuk memperoleh sintesa baru dari paham-paham yang berbeda.
2)      Untuk mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu.
3)      Untuk memungkinkan dilangsungkannya kerjasama diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang karena faktorpsikologi atau kebudayaan menjadi terpisah satu dari lainnya
4)      Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok yang sebelumnya terpisah
Bentuk-bentuk akomodasi sebagai proses menghindarakan, meredakan, atau mengakhiri konflik diantaranya sebagai berikut:
1)      Kompromi ( Pihak yang bertikai saling mengurangi tautan )
2)      Toleransi (saling menghargai, menghormati, memberikan diantara pihak-pihak yang sebenarnya saling berbeda).
3)      Konsiliasi ( usaha yang bersifat kelembagaan untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai sehingga dicapai kesepakatan bersama).
4)      Koerasi ( keadaan tanpa konflik karena terpaksa ; akibat dari berbedanya secara tajam kedudukan atau kekuatan diantara pihak-pihak yang berbeda, misalnya antara buruh-majikan, orang tua-anak, pemimpin-pengikut, dan seterusnya)
5)      Mediasi (Penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang netral sebagai penasehat).
6)      Arbitrasi (Penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang berwenang untuk mengambil keputusan penyelesaian).
7)      Stalemate (perang dingin, yakni keadaan seimbang tanpa konflik karena keadaan seimbang tanpa konflik karena yang bertikai memiliki kekuatan yang seimbang)
8)      Displacement (menghindari konflik dengan mengalihkan perhatian)
9)      Ajudikasi (penyelesaian konflik melalui proses hokum/in court)
c.       Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran. Atau.
Asimilasi adalah proses pertemuan antara dua kebudayaan atau lebih yang saling berinteraksi dan lambat laun membentuk kebudayaan yang benar-benar baru dan unsure kebudayaan lama hilang dan lebur
·        Asimilasi merupakan proses social tingkat lanjut yang di tandai oleh adanya upaya-upaya mengurangi perbedaan serta mempertinggi
·        Kesatuan tindakan, sikap dan proses-proses mental diantara orang-perorangan atau kelompok-kelompok yang memperhatikan kepentingan atau tujuan bersama. Adapun asimilasi akan terjadi apabila:
1)      Dua kelompok yang berbeda kebudayaan Individu/warga kelompok saling bertemu dan bergaul intensif dalam waktu yang lama, sehingga terjadi kontak kebudayaan (akulturasi) yang memungkinkan dua kelompok yang berbeda itu saling mengadopsi (meminjam) unsure-unsur kebudayaan
2)      Cara hidup dan kebudayaan dua kelompok itu saling menyesuaikan diri sehingga masing-masing mengalami perubahan kelompok-kelompok tersebut melebur membentuk kelompok baru yang berbeda dari kelompok asal.
Interaksi social yang dapat menghasilkan asimilasi bersifat pendekatan dan tidak ada pertentangan, sehingga dapat dicirikan:
1)      Tidak mengalami hambatan dan pembatasan,
2)      Interaksi berlangsung prime, dan
3)      Interaksi berlangsung dengan frekuensi yang tingi dan dalam keseimbangan.
Proses asimilasi didorong oleh beberapa hal diantaranya adalah:
1)      toleransi,
2)      kesempatan yang seimbangan dalam proses ekonomi,
3)      sikap menghargai orang asing dengan segenap kebudayaannya,
4)      sikap terbuka dari golongan yang berkuasa (elite/the rulling class),
5)      persamaan unsur-unsur kebudayaan, dan
6)      perkawinan campuran (amalgamasi)
sementara itu beberapa hal yang menghambat asimilasi diantaranya adalah :
1)      terisolasinya suatu kelompok
2)      kurangnya pengetahuan terhadap kebudayaan lain
3)      adanya prasangka terhadap kebudayaan lain
4)      penilaian bahwa kebudayaan kelompoknya lebih tinggi derajatnya (ethnosentrisme)
5)      Loyalitas yang berlebihan kepada kelompok bawaan lahirnya (primordialisme)
6)      In group feeling yang kuat dan
7)      Perbedaan warna kulit dan cirri-ciri badanlah (ras)
d.      Akulturasi
Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan itu sendiri.
Akulturasi mirip dengan asimilasi. Ketika asimilasi menghasilkan kebudayaan baru, maka akulturasi adalah proses pertemuan dua kebudayaan atau lebih yang setelah berinteraksi akan menghasilkan kebudayaan campuran dimana unsure-unsur kebudayaan lama masih dipertahankan. Akulturasi akan mudah diterima apabila terdapat unsure kebudayaan yang mudah diterima. Unsure tersebust diantaranya adalah :
1)      Unsur kebudayaan material dan teknologi
2)      Unsur kebudayaan yang mudah diselesaikan.
3)      Unsure kebudayaan yang dampaknya tidak begitu mendalam, misalnya mode (fashion) atau unsure kesenian.
Sementara itu terdapat pula unsure kebudayaan yang tidak mudah diterima dalam proses akulturasi, diantaranya adalah
1)      Unsur-unsur yang berkaitan dengan nilai yang mendasari pola fakir dan cara hidup, misalnya: agama, idiologi, atau falsafah hidup
2)      Unsure kebudayaan yang telah tersosialisasi dan terinternalisasikan secara luas dan mendalam misalnya: system kekerabatan (discent), makanan pokok, kebiasaan makanan dan sebagainya.
Dalam proses akulturasi ataupun asimilasi yang harus dilihat adalah adanya kelompok yang mudah menerima kebudayaan atau hal-hal baru. Kelompok tersebut diantaranya adalah :
1)      Golongan muda yang identitas diri dan kepribadiannya belum mantap
2)      Kelompok masyarakat yang tidak mapan atau anti kemapanan
3)      Kelompok masyarakat yang berada dalam tekanan, misalnya kaum minoritas
4)      Golongan terdidik (kelas menengah/perkotaan)
  1. Proses Sosial yang Disosiatif
Proses social yang bersifat disosiatif adalah proses social yang cenderung menjauhkan, memecah belahatau membawa kea rah pertentangan dan perpecahan. Proses disosiatif cenderung bersifat negative dan merusak. Adapun proses social yang disosiatif diantaranya adalah:
a.       Persaingan (kompetisi)
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya Persaingan merupakan suatu proses social dimana orang-perorang atau kelompok – kelompok saling memperebutkan sesuatu yang menjadi pusat perhatian dengan acra berusaha menarik perhatian atau mempertajam perasangka, tanpa disetai dengan tindakan kekerasan atau ancaman, melainkan dengan peningkatkan  mutu atau kualitas diri. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yaitu: bersifat personal/pribadi atau perorangan (rival) dan bersifat korporasi atau kelompok. Ruang lingkup persaingan terdapat di berbagai bidang kehidupan: ekonomi (perdagangan) social (kesempatan pendidikan), budaya (kesenian, olahraga), politik  (pemerintahan partai politik) maupun keagamaan (antar kelompok agama aliran, madzab., sekte dan sebagainya)
Ha;-hal yang menyebabkan terjadinya persaingan antara lain:
1)      Perbedaan pendapat mengenai suatu hal yang prinsip.
2)      Perselisihan paham yang mengusik harga diri dan kebanggaan masing-masing pihak yang ditonjolkan.
3)      Persamaan kepentingan dalam hal yang sama
4)      Perbedaan system nilai dan norma dari kelompok masyarakat
5)      Perbedaan kepentingan politik kenegaraan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Persaingan mempunyai fungsi, antara lain:
1)      Menyalurkan daya kreativitas yang dinamis
2)      Menyalurkan daya juang yang kompetitif
3)      Memberikan stimulus atau rangsangan dinamis untuk berprestasi secara optimal
4)      Menyeleksi penempatan atau keadaan seseorang dalam hierarki organisasi secara tepat sesuai dengan kemampuannya
Persaingan dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
1)      Timbulnya solidaritas kelompok sehingga rasa kesetiakawanan menjadi lebih tinggi
2)      Timbulnya perubahan sikap baik positif maupun negative
3)      Kerusakan atau hilangnya harta benda serta hilangnya jiwa manusia apabila persaingan perubahan menjadi benturan fisik
4)      Terjadi negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai dalam keadaan status quo
b.      Konflik (pertikaian)
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
Pertikaian atau konflik merupakan proses social sepertihalnya kompetisi atau persaingan, hanya bedanya pada pertikaian disertai dengan ancaman dan/atau tindakan kekerasan, baik fisik maupun nonfisik pertikaian dapat timbul karena beberapa hal yaitu:
1)      Perbedaan individual, berupa pendirian atau perasaan.
2)      Perbedaan kebudayaan, berupa perbedaan system nilai atau norma
3)      Perbedaan kepentingan berupa kepentingan ekonomi atau politik
4)      Oerubahan social dan budaya yang berlangsung cepat, sehingga para warga masyaraka kesulitan menyesuaikan diri dengan keadaan baru, misalnya antara kelompok yang mempertahankan status quo dengan kelompok reformis (pemburu).
Seperti halnya persaingan, pertikaian pun dapat berlangsung antara perorangan ataupun kelompok. Pertikaian atau konflik dapat berupa konflik terbuka, konflik antarkelas, konflik politik dan sebagainya. Ketika sebuah konflik terjadi maka yang dilakukan adalah akomodasi.
c.       Kontravensi
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut. Kontravensi merupakan proses social yang berada diantara persaingan dan konflik. Kontravensi merupakan sikap yang tersembunyi terhadap pihak-pihak lain atau terhadap pihak-pihak lain atau terhadap unsure-unsur kebudayaan sesuatu golongan. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian tetapi tidak sampai menimbulkan pertikaian.
Kontravensi secara umum, berupa penolakan, keengganan, atau perbuatan kekerasan, bentuk-bentuk kontravemsi antara lain:
1)      kontravensi yang bersifat sederhana seperti memaki-maki menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah, dan menyebarkan surat selebaran
2)      kontravensi yang bersifat intensif, seperti penghasutan, penyebaran desas desus dan mengecewakan pihak lain
3)      kontravensi yang bersifat rahasia, misalnya mengumumkan rahasia pihak lain, berkhianat dan sebagainya.
4)      Kontravensi yang bersifat yang bersifat taktis, seperti pihak lawan, mengganggu atau membingungkan dan sebagainya.


























Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH NASKAH DRAMA BAHASA JAWA

UPACARA ADAT JAWA

SEJARAH DESA PENGGARIT